Paus Fransiskus menunjukkan kekayaan Indonesia lainnya selain ‚rumah bagi tambang emas terbesar di dunia‘

Paus Fransiskus menyebut Indonesia sebagai “rumah dari tambang emas terbesar di dunia” pada Kamis, 5 September, hari ketiga kunjungannya ke Indonesia. Namun Paus Fransiskus mengatakan ada sesuatu yang lebih berharga.

“Dan jika benar Anda adalah pemilik tambang emas terbesar di dunia, maka ketahuilah bahwa harta Anda yang paling berharga adalah https://treasureofsukabumi.com/ kemauan untuk tidak membiarkan perbedaan menjadi penyebab perselisihan, melainkan berdamai dengan keharmonisan dan saling menghormati.” kata Paus Fransiskus, Kamis (5 September) di Masjid Istiklal Jakarta.

Dia melanjutkan: “Jangan sia-siakan pemberian ini. Jangan biarkan kekayaan besar ini diambil darimu.” Sebaliknya, kembangkan lebih lanjut dan sebarkan, terutama kepada generasi muda. ”

Di akhir pidatonya, Paus Fransiskus mengatakan, “Semoga Allah melindungi anugerah ini, dan dengan pertolongan dan berkah-Nya Binneka Tungal Ika akan maju. Berbeda, namun tetap sama.”

Pernyataan tersebut dibacakan oleh Pastor Christophorus Toli Harsono dari Konferensi Waligereja Katolik Indonesia (KWI) dan Ismail Kawidou, ketua Masjid Istiklal. Para pemimpin kelompok agama Indonesia juga turut mendampingi pembacaan pernyataan tersebut.

Diantaranya adalah Gus Yahya Staqf dari Nahdlatul Ulama (NU), Abdul Muti dari Muhammadiyah, Jackie Manupati dari Gereja Protestan, Wisnu Bawa Tenaya dari Perwakilan Hindu, dan Persatuan Umat Buddha Indonesia (Parmabdi). Bante Danmasbo dari Umat. Buddha Indonesia, Budi Tanuwibowo dari Konghucu, wakil sekte Enkus Kuswara.

Apa isi Deklarasi Istiklal 2024?

Pada dasarnya, Deklarasi Istiklal tahun 2024 membahas dua poin penting: krisis kemanusiaan dan perubahan iklim.

Pertama, fenomena dehumanisasi global (krisis kemanusiaan) terutama ditandai dengan meluasnya kekerasan dan konflik, yang seringkali mengakibatkan jumlah korban yang mengkhawatirkan. Yang lebih memprihatinkan lagi, seringnya agama digunakan dalam hal ini sehingga menimbulkan penderitaan bagi banyak orang, terutama perempuan, anak-anak, dan orang lanjut usia.

Memang peran agama harus menguatkan dan menjaga harkat dan martabat setiap kehidupan manusia, kata Romo Christophorus Toli Harsono membacakan pernyataan bersama.

Kedua, eksploitasi manusia terhadap perumahan kolektif kita berkontribusi terhadap perubahan iklim, yang mempunyai berbagai dampak buruk, termasuk bencana alam, pemanasan global, dan kondisi cuaca yang tidak dapat diprediksi.

Pastor Tori Harsono menambahkan: “Krisis lingkungan yang sedang berlangsung merupakan hambatan bagi hidup berdampingan dan hambatan bagi hidup berdampingan secara harmonis.”